Jumat, 07 Agustus 2009

Gerakan Terorisme Zionis

Istilah Zionisme, berasal dari kata Zion dalam bahasa Ibrani (Yahudi), yang berarti batu. Maksudnya, ialah batu bangunan istana yang didirikan oleh Nabi Sulaiman di kota Al-Quds, Yerusalem, Israel. Kata Zionis ini kemudian dipergunakan sebagai nama suatu ideologi yang diikuti oleh bangsa Yahudi di seluruh dunia, yaitu bahwa bangsa Yahudi akan mendirikan kerajaan Israel Raya dengan Al-Quds sebagai ibu kotanya.

Kitab Talmud atau Taurat orang Yahudi (bukan Taurat Nabi Musa), yang dijadikan pegangan bagi kekuatan setan untuk menguasai dunia, sehingga bumi ini penuh dengan kejahatan, kedhaliman dan penindasan.

Ketika Nabi Musa diutus menyampaikan Risalah Tuhan, Nabi Musa telah mengetahui ketimpangan di dalam sistem masyarakat pada waktu itu, dan menjuluki mereka sebagai anak-anak setan (Lucifer). Bahkan Nabi Musa mengungkapkan di muka umum, bahwa mereka itulah orang-orang yang menamakan dirinya Yahudi, dan sekaligus merusak syariat Nabi Musa. Mereka oleh Nabi Musa juga dicap sebagai pendusta yang tidak menganut agama apa pun, disamping juga 'dikukuhkan' sebagai rentenir Yahudi.

Dengan demikian, Nabi Musa sebagai utusan Allah telah membeberkan hakikat keburukan setan bertubuh manusia. Adalah bagian dari misinya untuk menyelamatkan manusia dari kejahatan setan yang dari masa ke masa terus menyesatkan manusia. Tindakan Musa ini mengilhami generasi bangsa-bangsa berikutnya untuk mengetahui persekongkolan setan itu, agar selanjutnya bisa menghindar. Semoga salam sejahtera dilimpahkan Allah kepada Nabi Musa, semoga pula kita bisa mengambil i'tibar dari beliau dalam memerangi kejahatan setan.

Konspirasi dalam Perjalanan Sejarah
Karena kehendak Allah semata persekongkolan moderen (Konspirasi moderen) terpukul dan terungkap oleh halayak umum pada tahun 1784. Akibat pukulan itu, bukti dan dokumen rahasia banyak yang jatuh ke tangan pemerintah Bavaria. Peristiwa ini terjadi setelah Adam Weiz Howight, salah seorang pendeta Kristen terkemuka dan profesor Theologi pada universitas Angold Stadt di Jerman Murtad dari agamanya. Ia kemudian mengikuti faham Atheisme.

Pada tahun 1770 tokoh-tokoh Yahudi Jerman kemudian menemukan Adam Weiz Howight sebagai seorang cendekiawan yang paling tepat untuk dimanfaatkan, demi kepentingan Yahudi. Mereka segera menghubungi Howight untuk selanjutnya memberi tugas penting, agar Howight bersedia meninjau Kitab Protokol tokoh-tokoh Zion klasik, kemudian menyusunnya kembali berdasarkan prinsip moderen sebagai langkah untuk menguasai dunia, yaitu dengan meletakkan faham Atheisme dan menghancurkan seluruh ummat manusia. Lebih jelasnya, untuk menghancurkan bangsa lain selain Yahudi (Gentiles) (marked :Gentile =non yahudi = kafir = islam dan kristen termasuk di dalamnya), yaitu dengan menyalakan api peperangan dan pembunuhan masal, Genocide, (marked : tentunya bisa juga dengan meminjam tangan negara lain, dan korbannya Bosnia, Palestina, Afghanistan dll), pemberontakan dan membentuk organisasi teroris berdarah dingin, disamping menghancurkan pemerintah yang berlandaskan prinsip kemanusiaan.

Tahun 1776 Howight telah menyelesaikan tugasnya dengan cemerlang, dengan meletakkan dasar-dasar sebagai landasan program berdarah sebagai berikut :

1.

1.Menghancurkan pemerintah yang sah, dan mendongkel ajaran agama dari pemeluknya. (marked : sekali lagi, sasarannya adalah Gentile, Islam dan Kristen pasti jadi tender pertama).
2.

Memecah-belah bangsa non-Yahudi (Gentiles) menjadi berbagai blok militer yang saling bermusuhan terus-menerus, dengan menciptakan berbagai masalah antara blok-blok itu, mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik, budaya, ras dan seterusnya. (marked : memecah-belah kristen ? why not, kita bisa lihat di milis ini ada orang yang kelakuannya begitu. Ehm, telinga doi pasti sedang kepanasan)
3.

Mempersenjatai blok-blok agar saling menghancurkan.
4.

Menanamkan benih perpecahan dalam suatu negeri, kemudian memecah-belah lagi menjadi berbagai kelompok, yang saling membenci. Dengan begitu, sendi-sendi agama dan moralitas serta materi yang mereka miliki akan terkuras habis. (marked : Bosnia-Serbia, Afganistan Utara-Thaliban, Irlandia ? Masuk akal. Dan baru-baru ini di satu milis ada yang mauin indonesia supaya bubar, mulai nggak waras ini orang)
5.

Mewujudkan seluruh cita-cita yang telah disusun secara bertahap, yaitu menghancurkan pemerintah yang sah serta norma-norma susila, termasuk ajaran agama dan moralitas yang menjadi pegangan masyarakat. Ini merupakan langkah pertama untuk menabur benih pergolakan, kebejatan dan kekejaman. (marked : Afghanistan ? Ini tentu contoh yang paling dekat.)

Peranan Howight bukan hanya meletakkan prinsip dasar dalam Konspirasi Internasional itu, melainkan juga menyusun kembali organisasi Freemasonry. Ia diberi kepercayaan untuk mengepalai organisasi rahasia tersebut, dan melaksanakan rencana yang telah disusun dengan nama samaran Perkumpulan Cendekiawan Zion, yang oleh para tokoh Yahudi juga disebut sebagai Perkumpulan Nurani (marked : Illuminati) Yahudi. Sebutan ini lebih tepat jika dinis-batkan kepada asal kata 'An-Naar' yang berarti 'api', daripada kepada kata 'An-Nur' yang berarti cahaya. Sebab, cendekiawan yang dimaksud adalah anak-anak setan yang bertubuh manusia.

Sedang setan itu menurut Al Qur'an diciptakan dari api. Dan lagi Howight dalam gerakan yang dipimpin-nya menggunakan tipu daya licik, agar hakikat busuk dari rencana kegiatannya tetap merupakan rahasia. (marked : di film Tomb Rider, illuminati certitanya bertujuan untuk menghancurkan dunia, cocok sekali)

Organisasi bertujuan menciptakan satu peme-rintahan dunia, yang tersendiri dari tokoh-tokoh yang memiliki tingkat intelegensia tinggi.

Dengan perkumpulan inilah Howight mampu merekrut sejumlah lebih dari 2000 tokoh kaliber dunia, dengan latar belakang yang berbeda untuk menjadi anggota kelompok nurani, mulai dari ilmuwan, psikolog, ahli ekonomi, politisi, pengusaha dan guru-guru besar berbagai universitas terkemuka (marked : termasuk juga mungkin para psikopat). Tidak lama kemudian, Howight berhasil mendirikan Free Masonry Induk yang disebut The Grand Eastern Lodge, yang dijadikan sebagai pusat dan panutan bagi lain-lain perkumpulan Free Masonry yang tersebar di kota-kota besar dunia. (marked : di indon juga ada, beberapa tahun yang lalu mereka nempelin iklan perekrutan, bagaimana dengan jakarta, padang, surabaya??? ada yang pikirannya sedikit ngaco nggak di sekitar kita?)

nb: Freemasonry berasal dari kata free dan masonry (batu/tukang batu), maksudnya membangun negeri Yahudi di atas negara Palestina. Gerakan ini dibuat oleh 9 orang Yahudi di Palestina tahun 37 M, yang dimaksudkan untuk melawan agama Masehi (Kristen). Pada tahapan berikutnya, Freemason menemparkan dirinya sebagai musuh thd agama Kristen dan Islam. Pada tahun 1717 M gerakan ini melangsungkan seminar di London di bawah pimpinan Anderson. Ia secara formal menjabat sbg kepala gereja Protestan, tetapi pada hakekatnya adalah seorang Yahudi. Dalam seminar inilah gerakan rahasia ini meresmikan pemakaian nama Freemason (sumber buku karangan Sidik Jatmika)

Taktik Konspirasi
Weiz Howight belum merasa puas dengan prestasi yang telah diraih. Ia melangkah lebih jauh dan membuka hubungan dengan berbagai kalangan tinggi kaum Yahudi untuk meletakkan rencana yang lebih matang, dan sekaligus pelaksanaannya. Disini kita bisa mengukur, sejauh mana rencana gila yang diletakkan oleh anak-anak setan sebagai perangkap terhadap kaum Gentiles (kafir, non Yahudi). Ini kita ketahui dari dokumen rahasia yang bocor, sehingga rencana rahasia yang telah mereka susun rapi bisa terungkap. Adapun rencana umum dalam Konspirasi yang harus dipegang oleh para tokoh Free Masonry sepanjang sejarah adalah :

1.

Menggunakan taktik suap dengan uang, di samping memakai sarana kebebasan seks, dalam upaya menggaet tokoh yang punya kedudukan tinggi dalam bidang akademik, ekonomi, sosial dan lain-lain, yang bisa dijadikan sarana Konspirasi. Apabila umpan yang diincar berhasil dijaring masuk perangkap, maka dengan diam-diam para tokoh Freemason mulai melilitkan tali-tali perangkap pembiusan lewat arena politik, ekonomi, sosial, atau menjadikan mangsanya sebagai skandal yang menggemparkan. Tidak jarang para penderita itu mengalami nasib penculikan, penyanderaan, atau bahkan pembunuhan, termasuk pula istri dan anak-anak mereka.
2.

Para tokoh Freemason yang bekerja sebagai pendidik di berbagai lembaga pendidikan ditugaskan untuk memperhatikan anak-anak didik yang berbakat, dan membinanya sebagai sosok manusia yang berpandangan anti nilai-nilai moral dan imnual, sehingga kelak mudah diman-faatkan oleh gerakan Free Masonry. (marked : hati-hati bagi orang yang merasa diri pintar dan berbakat mungkin sedang diinduk semangi oleh gerakan Freemason)
3.

Menyiapkan program kerja yang menyangkut kader-kader Freemasonry, untuk memperluas jaringan kerja dengan memusatkan kegiatan pada bidang mass media, melalui surat kabar, majalah, radio dan TV (marked : termasuk milis? Pasti). Jaringan kerja ini harus ditempatkan di bawah pengawasan Perkumpulan Yahudi Internasional.
4.

Menguasai alat komunikasi dan mass media untuk dimanfaatkan sebagai senjata dalam membuat berita yang membingungkan, atau memalsukan kenyataan, atau memutar-balik fakta. Maka, kekacauan dunia bisa disetir oleh mereka.

Prancis dan Inggris pada masa itu adalah dua negara adikuasa dunia. Maka Howight menjadikan dua negara itu sebagai target utama untuk dihancurkan dari dalam oleh persekongkolan Yahudi, untuk kemudian dikuasai. Demikanlah Howight bekerjasama dengan tokoh-tokoh

Yahudi dalam proyek rahasia yang punya dua ujung tombak sasaran, yaitu satu sisi menjerumuskan Inggris ke dalam kancah peperangan yang berkepanjangan di berbagai negeri jajahannya, sehingga nyaris mengalami kelumpuhan yang parah. Sisi lain adalah menyalakan api revolusi besar di Perancis yang mampu menggoncangkan masyarakat Perancis tahun 1789. (marked : sekarang apakah mereka juga terlibat untuk menjerumuskan Amerika? Sangat pasti, apalagi Amerika kini dikuasai lobi Yahudi)

Setelah selesai merumuskan program di atas, Kaum Nurani Yahudi menugaskan seorang tokoh Freemasonry asal Jerman bernama Tasfaac pada tahun 1784, untuk menyusun program Weiz Howigt dalam bentuk buku yang diberi nama Program Asli yang Unik. Sejak itu buku tersebut menjadi pegangan dan rujukan bagi persekongkolan Internasional. Perkumpulan Freemasonry mengirim satu eksemplar buku penting itu kepada beberapa tokoh Yahudi di ibu kota Perancis, untuk mengatur jalannya gejolak revolusi. Namun berkat Rahmat Allah semata, utusan tersebut disambar petir ketika ia sampai di sebuah kota kecil antara Frankfurt dan Paris, dan meninggal dunia saat itu juga. Ketika pasukan keamanan menyelidiki untuk mengetahui sebab kematiannya, dokumen penting yang ada dalam saku mantelnya sangat menge-jutkan mereka. Dokumen tersebut segera disampaikan kepada yang berwajib di kerajaan Bavaria.

Penguasa Bavaria mempelajari dokumen tersebut dengan penuh perhatian.

Setelah itu, pemerintah segera mengeluarkan instruksi kepada pasukan keamanan untuk menduduki sarang Freemasonry The Grand Eastern Lodge, yang dipimpin oleh Weiz Howight itu. Demikian pula nama-nama Kaum Nurani Yahudi yang terdapat dalam dokumen tersebut tidak luput dari penggerebekan pasukan keamanan. Di kediaman mereka itu pula ditemukan dokumen penting lainnya mengenai program Yahudi. Pemerintah Bavaria menyadari kejahatan program Perkumpulan Gereja tertinggi Yahudi yang bersekongkol dengan sejumlah konglomerat internasional dalam sebuah organisasi rapi dan mengerikan, sampai tingkat yang sukar dijangkau oleh hayalan manusia. Pemerintah Bavaria menyadari sepenuhnya adanya bahaya program setan tersebut terhadap dunia keseluruhan. Maka pemerintah memandang perlu menyebarluaskan dokumen itu kepada raja-raja di Eropa dan para tokoh gereja.

Akan tetapi ternyata para tokoh Yahudi dan para pemilik modal internasional telah lama menyusup ke dalam jaringan pemerintah negara-negara Eropa. Mereka masih tetap mampu dengan mudah membungkam mulut para raja dan para tokoh gereja itu.

Peristiwa kebocoran rahasia di atas dijadikan pelajaran berharga oleh Perkumpulan Konspirasi Yahudi. Para tokohnya bersikap lebih berhati-hati dan lebih waspada dalam kondisi apa pun. Sejak itu pergerakan mereka nyaris menghilang dari permukaan, meskipun kegiatan mereka sebenarnya masih berjalan seperti biasa. Hanya saja, kegiatan mereka selanjutnya banyak dialihkan masuk ke dalam perkumpulan Freemasonry yang lain, yang disebut The Blue Masonry dengan tujuan mendirikan sebuah organisasi Masonry di dalam Masonry itu sendiri. Mereka sepakat memperluas jaringan kerja yang anggotanya terdiri atas beberapa tokoh Yahudi nomer wahid, agar program rahasia mereka tidak mudah bocor keluar. Pemilihan anggota inti dilakukan lewat pemantauan dan pertimbangan mendalam, diambil dari anggota perkumpulan rahasia itu, terutama dari mereka yang menganut faham atheisme, dan tidak berpegang pada prinsip moral. Faktor yang amat dipentingkan ialah mereka harus berdedikasi tinggi kepada Freemasonry.

Perkumpulan rahasia tidak jarang menggunakan kegiatan bakti sosial (marked : Rotary Club, Lions Club dll), sebagai kedok untuk menutupi rencana jahat yang disembunyikan di balik layar, seperti kasus yang menimpa John Robinson, seorang guru Filsafat pada Universitas Scotlandia. Ia tidak menyadari telah terperangkap dalam jaringan program Yahudi Internasional itu. Ia mengadakan perjalanan ke berbagai negara Eropa, untuk mempelajari program kerja yang telah disusun oleh Weiz Howight, dengan tujuan membentuk pemerintahan diktator yang ideal, yang menguasai dunia.

Pada mulanya John Robinson meragukan program kerja Yahudi itu. Namun keraguannya segera berubah menjadi yakin, setelah ia mengetahui peran perkumpulan Yahudi pada Revolusi Perancis pada tahun 1789, dan pengaruh mereka terhadap tokoh-tokoh gereja dan pemerintah Perancis. Maka ia segera menyadari bahaya yang mengancam negaranya Inggris, dan segera menulis surat tentang bahaya persekongkolan Yahudi yang diberi judul Keterangan. Namun peringatan itu tidak mampu menggugah pemerintah negaranya disebabkan oleh besarnya pengaruh Yahudi, khususnya setelah berdirinya Bank Inggris atas persekongkolan mereka. (marked : semakin kita waspada pada gerakan ini, maka ruang ruang gerak mereka akan menjadi sempit)

Adapun di Amerika Serikat, Freemasonry dikatakan relatif lebih muda. Meskipun relatif muda, perkumpulan tersebut sudah tersebar di seluruh negeri. Mula-mula para tokoh Yahudi kesulitan, karena adanya peringatan dari Rektor Universitas Harvard, David Robin kepada segenap mahasiswa dan alumninya tentang pengaruh Yahudi yang terus meningkat di kalangan gereja dan para tokoh politik.

Mereka itu sudah menjadi sekutu bagi seorang tokoh bernama Mr. Jefferson, yaitu murid Weis Howight yang kembali ke Amerika untuk terjun ke dalam kancah politik dengan dukungan Yahudi.

Seorang calon Presiden AS yang kuat, John Kowinsky Adams juga merasakan jeratan persekongkolan ini, terutama karena melihat peran yang dimainkan oleh Jefferson, ditinjau dari sudut gerakan Freemasonry dalam upaya mewujudkan cita-cita Yahudi untuk menguasai Amerika. Maka JK Adams segera mengirimkan karyanya kepada kawannya, Kolonel William Stone dan menjelaskan tentang hakikat persekongkolan Yahudi. Tulisan tersebut masih tersimpan di perpustakaan Ritonburg Square Philadelphia.

(marked : Sekarang bagaimana caranya memerdekakan Amerika, maksudnya bagaimana agar mereka (khususnya Presiden dan pemerintahannya) bebas merdeka dan tidak lagi tergantung pada Yahudi dan lobinya. Wakil Amerika di PBB pernah mendapat kritik dari istri Presiden Amerika pada waktu itu, Hillary Clinton, yang merupakan keturunan Yahudi. Dia pernah bilang begini "Hari ini kami mengatakan pada dunia bahwa kami berdiri tegak di belakang Israel. Saya sangat kecewa dan mengecam sikap abstain Amerika Serikat dalam voting di Dewan Keamanan PBB, yang pada akhirnya mengutuk pengerahan kekuatan militer Israel thd rakyat Palestina. Saya rasa Amerika harus memveto Resolusi DK PBB tsb ...". Begitu yang Hillary katakan ketika berdemonstrasi mendukung Israel dan Ariel Sharon, di NY 8-10-2000).

Jadi, sepertinya bagi yang berminat menjadi presiden Amerika harus hati-hati mencari pasangan jika ingin bebas dari jeratan Yahudi. Jangan seperti Clinton, yang menohok langsung muka suaminya sendiri. Tentunya butuh kerja keras dari rakyat Amerika, jangan sampai mereka jadi kepanjangan tangan untuk menggapai keinginan Yahudi.

Sumber:

1. Yusuf Qardhawi, Umat Islam Menyongsong Abad ke-21, Era Intermedia, Solo.
2. Palestina: Pusat Pergolakan Dunia I & II (2 buku), Tarbiyatuna, Jakarta.
3. Palestina: Sejarah, perkembangan, dan Konspirasi, GIP, Jakarta.
4. Terorisme Israel, Asy-Syamil, Bandung.
5. Pusat Informasi Palestina . Dll.




Tulisan ini aslinya berjudul Revolusi Inggris, merupakan subbab dalam buku Yahudi Menggenggam Dunia, karya William G. Carr, Pustaka Al Kautsar, tahun 2005
EDWARD adalah raja Inggris pertama yang mengusir orang-orang Yahudi di Prancis, Belanda, Jerman dan Inggris untuk mengadakan kakacauan untuk menggoncangkan suluruh Inggris. Langkah pertama yang mereka (Yahudi - pen) tempuh adalah menciptakan perpecahan antara raja Inggris dan pemerintahnya. Dan di sisi alin antara pemerintah dan gereja. Konspirasi Yahudi Internasional mulai menyemprot racun dengan konsep-konsep kontroversial di kalangan politik dan gereja di Inggris, sehingga negeri itu terjebak ke dalam pertikaian intern antara pemerintah dan para tokoh gereja. Bahkan rakyat Inggris sendiri terbelah menjadi sekte-sekte yang saling bermusuhan, yaitu antara Protestan dan Katolik. Kemudian kelompok Protestan sendiri terbelah menjadi dua kelompok. Sedang biang kejadian pergolakan yang memporak-porandakan bersembunyi dibalik layar.

Kemudian ketika Charles I menduduki singgasana sebagai raja Inggris, dan terjadi perselisihan dengan parlemen, seorang pemilik modal Yahudi berkebangsaan Belanda bernama Minasbech Esrael mendapat peluang untuk menghubungi panglima kenamaan Inggris Oliver Cromwell, menawarkan sejumlah besar uang untuk membiayai sebuah rencana rahasia yang bertujuan menggulungkan tahta kerajaan Inggris. Cromwell menerima baik tawaran itu. Selanjutnya ia bergabung dengan para anggota pemilik modal Yahudi internasional lainnya, untuk melaksanakan rencana tersebut. Kerja sama mulai di rintis dengan di perkuat oelh tokoh Yahudi bernama Fernandez Carfagal, yang kemudian menjadi kepala penasehat di bidang Angkatan Bersenjata Cromwell, yang mendapat julukan sebagai Yahudi Agung. Persengkokolan ini membuat Cromwell sebagai tokoh gerakan militer bawah tanah, yang di dukung dengan keuangan dan persenjataan secara besar-besaran oleh kekuatan di balik layar. Ketika rencana itu mulai mengerakan kekuatan senjata, ratusan tentara bayaran yang terlatih membanjiri masuk ke Inggris dengan menyelundup, dan selanjutnya bergabung dengan gerakan pengacauan yang dikendalikan oleh kelompok Yahudi, mengadakan tindakan teror di berbagai tempat. Mereka menyebar luaskan kepanikan di kalangan penduduk, untuk memancing terjadinya perang saudara melawan pasukan pemerintah. Taktik kotor Yahudi seperti itu merupakan mata rantai sejarah sejak dulu hingga kini, seperti yang kita saksikan di wilayah pendudukan Israel di Palestina sekarang. Pergolakan yang terjadi di Inggris itu dipimpin dari balik layar oleh tokoh Yahudi berkebangsaan asing bernama De Souz. Ia adalah duta besar Portugal untuk London ketika itu, disamping tokoh Yahudi lain yaitu Fernandez Carfagal yang mendapat perlindungan kekebalan diplomatik dari sang duta besar itu.

Revolusi Inggris mulai disulut, setelah para pemilik modal melihat saatnya telah tiba, dan segala sesuatunya telah siap. Mereka mulai mengobarkan api pertikaian agama antara Protestan dan Katolik. Setelah itu, mereka baru memunculkan gerakan bersenjata, sehingga suhu politik dan sosial di Inggris menjadi kacau dan mencemaskan. Keterangan rinci tentang hal ini bisa dibaca dalam buku Biografi Charles II, karya Isac D’Esraeli seorang tokoh Yahudi Inggris, ayah Benjamin D’Esraeli, yang kelak merupakan politikus dan menjadi perdana menteri Inggris beberapa kali, dan mendapat gelar Lord Baker Sefield. Dalam buku yang di tulisnya itu Isac D’Esraile mengatakan, bahwa ia mendapatkan sebagian besar catatan tentang liku-liku revolusi Inggris itu dari Maleh Bour De Salem, seorang tokoh Yahudi yang menjadi duta besar Inggris untuk Perancis pada masa raja Charles I. Di samping itu, ia juga menulis tentang kesamaan revolusi Inggris dan revolusi yang terjadi di Perancis di kemudian hari. Hakikat kedua revolusi tersebut adalah hasil karya tangan yang sama.

Keterlibatan Lord Cromwell dalam persengkokolan Yahudi Internasional diungkapkan oleh Alfred Douglas dalam majalah mingguan Plain English edisi 03 september 1921. Alfred menjelaskan, bahwa Persengkokolan Yahudi Internasional sudah lama hilang. Namun perkumpulan itu masih bisa mengatur langkah untuk berhubungan dengan kawannya yang berkebangsaan Belanda Kannis Moulheim pada masa Napoleon Bonaparte. Ternyata ada dokumen berupa sebuah surat rahasia berbahasa Jerman yang dikirim oleh Lord Cromwell kepada pimpinan perkumpulan Yahudi Ebenz Brant yang berbunyi sebagai berikut:

“Kami akan mendukung setiap imigrasi Yahudi ke Inggris sebagai imbalan atas bantuan keuangan Yahudi yang telah diberikan.namun hal itu nampaknya mustahil, selama raja Charles masih hidup. Sedang menghabisi hidup Charles lewat pengadilan juga tidak mungkin. Saat ini kami tidak mempunyai landasan yang cukup kuat untuk menuntutnya dengan hukuman mati di pengadilan. Satu-satunya jalan yang bisa kami sarankan adalah dengan jalan membunuhnya. Akan tetapi, kami juga tidak bisa memberikan jalan, bagaimana cara membunuhnya, kecuali menyewa pembunuh profesional. Kemudian kami akan membantunya dalam melarikan diri ke luar Inggris.”

Surat Cromwell di atas di balas oleh Ebenz Brath sebagai berikut:

“Kami akan mengulurkan bantuan finansial yang dibutuhkan, jika Charles telah digulingkan oleh para orang-orang Yahudi diterima di Inggris. Percobaan membunuh Charles adalah langkah yang berbahaya. Jalan terbaik adalah dengan taktik yang membuat Charles melarikan diri. Pada saat itu Charles harus ditangkap dan diajukan ke pengadilan untuk di hukum mati. Setelah itu, uluran bantuan kami akan segera mengalir. Berbicara tentang syarat-syarat, sebelum di mulai pengadilan itu tidak akan banyak gunanya.”

Dua bulan setelah mereka bisa membuat Raja Charles melarikan diri, sang raja segera di tangkap. Menurut sejarawan Inggris kenamaan, yaitu Hollis dan Laudloo, Cromwell adalah orang yang mengatur siasat terjadinya peristiwa terjadinya itu semua. Sebelum Raja Charles melarikan diri, Cromwell terlebih dulu telah membersihkan para pendukung setia raja dari perlemen selama dua bulan sebelumnya. Setelah itu, pada tanggal 6 januari 1649 dibentuk sebuah Mahkamah yang dinamakan Mahkamah Pengadilan Tinggi, yang dimaksudkan untuk mengadili sang raja. Dua pertiga dari anggota Mahkamah ini adalah anggota pasukan Cromwell sendiri. Namun Cromwell sendiri tidak bisa memainkan peranan seperti yang diharapkan oleh para arsiteknya. Akhirnya para tokoh Yahudi menugaskan tokoh Yahudi Inggris bernama Carfagal untuk mengatur siasat, kerja sama dengan Isaac Derlous, dan mereka berhasil menciptakan tuduhan pengkhianatan terhadap Raja Charles. Hakikat peristiwa ini berbeda dari apa yang ditulis oleh sejarah, bahwa tersingkirnya raja Charles karena rakyat Inggris menentangnya. Dan tepat pada tanggal 30 januari 1649 Raja Charles dihukum mati di depan gedung pusat keuangan Yahudi yang berdiri dekat White Hall London. Dengan demikian orang-orang Yahudi telah melampiaskan dendam kesumat kepada sang raja atas pengusiran mereka dari Inggris sejak pemerintahan Cromwell. Maka Cromwell segera diberi uang yang dijanjikan untuknya, persis seperti ketika Yahudi bersengkokol dengan tokoh-tokoh Yahudi untuk membunuh Nabi Musa Alaihi Sallam.

Satu hal yang perlu diingat ialah, bahwa tujuan persengkokolan Yahudi bukan sekedar membunuh Raja Charles, tapi lebih jauh ingin menguasai perekonomian Inggris dan menyalakan api peperangan antara Inggris melawan negara-negara lain. Peperangan yang berkecamuk pasti mengeluarkan biaya yang besar. Para penguasa Eropa diharapkan akan meminjam uang dari para pemilik modal Yahudi itu dengan bunga berlipat ganda. Dan ketergantungan keuangan itu akan memberi mereka kesempatan untuk mendikte kebijakan pemerintah yang bersangkutan, disamping akan mendapat keuntungan uang berlipat ganda dari hutang yang mereka pinjamkan. Sebenarnya sudah bisa diperkirakan mengenai peristiwa yang bakal terjadi, setelah terbunuhnya Raja Charles tahun 1969 hingga berdirinya bank Inggris tahun 1964, yang di antara periode itu hutang nasional kerajaan Inggris telah naik sampai tingkat yang mencemaskan.

Sampai sekarang, orang Inggris tetap memperingati peristiwa perang tersebut tanpa menyadari, bahwa sebenarnya yang terlibat dalam perang itu merupakan mainan yang di buat oleh para pemilik modal Yahudi Internasional yang bertujuan menguasai ekonomi dan merupakan titik temu kekuatan ekonomi Eropa. Maka untuk melangkah pada tahap yang paling menentukan bagi rencana konspirasi Internasional adalah mendirikan lembaga keuangan Inggris, dan menanam modal mereka pada ekonomi nasional Inggris, yang sedang memikul beban pinjaman besar akibat perang yang dirancang oleh mereka sendiri.

Dari berbagai peristiwa historis yang telah berlalu telah dibuktikan, bahwa negara dan bangsa, baik yang memulai dengan agresi militernya, atau mengumandangkan terompet pemberontakan dan kekacauan, pada akhirnya tidak pernah bisa secara obyektif mendapatkan hasil yang diidamkan, atau bisa memecahkan masalah yang mereka hadapi, baik secara politik, ekonomi maupun budaya. Sedang pihak yang beruntung dan terus beruntung tidak lain adalah kekuatan Konspirasi Yahudi Internasional itu sebagai pemilik modal internasional dan pialang perang, yang memainkan peran dari balik layar. Maka tidak aneh kalau panglima perang Belanda William of Orange yang berhasil menaiki singgasana kerajaan Inggris itu telah membawa negara ke lembah hutang sebesar £ 1.250.000 dari para pemilik modal Yahudi Internasional. Setiapa anak sekolah di Inggris bisa membaca peristiwa tragis tersebut dalam buku sejarah nasional Inggris. Akan tetapi, pembicaraan mengenai hutang yang dilakukan oleh John Hoblan dan William Peterson yang mewakili pemerintah Inggris tidak disebutkan sama sekali, siapa nama para pemilik modal yang memberikan hutang dalam jumlah sebesar itu, dan sampai sekarang identitas mereka merupakan teka-teki dalam sejarah. Menurut para sejarawan yang mencatat peristiwa pembicaraan mengenai hutang-hutang itu dinyatakan, bahwa pembicaraan dilakukan dalam sebuah gereja yang tertutup untuk menjaga kerahasiaannya.

Filed under: Umum

Leave a comment

Sorry, you must be logged in to post a commen



YAHUDI SEBAGAI SIMBOL DALAM
WACANA ISLAM INDONESIA MASA KINI*



Martin van Bruinessen


Kaset Qur'an dan konspirasi Yahudi

Pada tahun 1986 seorang ulama di Bima mengeluh kepada peneliti dari LIPI tentang keberadaan kaset rekaman bacaan Al Qur'an yang dijual di mana-mana. "Sekarang semakin banyak orang puas dengan menyetel kaset saja, mereka tidak berminat lagi untuk belajar qira'ah Al Qur'an sendiri." Berbagai teknologi baru, menurut hematnya, sangat membahayakan agama Islam. Ia mencurigai gejala ini berkaitan dengan konspirasi Yahudi-Zionis untuk menghancurkan Islam. Dalam ceramah-ceramahnya, ia sering menyinggung ancaman-ancaman Yahudi terhadap Islam. Ulama yang pernah bermukim di Makkah selama beberapa tahun ini, menceritakan kepada peneliti tadi bahwa ia banyak tahu tentang tipu daya Yahudi itu dari majalah-majalah yang diterimanya dari Rabithah Al-`Alam Al-Islami (Al-Rabithah dan Muslim World News); selain mengutip pula buku yang bernada ancaman terhadap kemajuan dan perkembangan Islam di dunia seperti Al-Maka'id al-Yahudiyah dan Rencana Yahudi terhadap Penghancuran Islam. Ketika peneliti bertanya gejala apa di Indonesia yang dianggapnya sebagai aktivitas Yahudi-Zionis, ditudingnya organisasi-organisasi seperti Lions Club.[1]


Yahudi sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional

Kasus ulama Bima di atas mengejutkan saya karena merupakan pertemuan pertama saya dengan semangat anti-Yahudi yang bukan anti-Israel saja di Indonesia. Di Bima, tentu saja, tidak ada orang Yahudi, dan andaikata terdapat Lions Club pun pastilah bukan mereka yang mengedarkan kaset Muammar Z dan qari-qari lainnya. Mengapa ungkapan keprihatinan sang ulama mengaitkannya dengan Yahudi? Ternyata ia tidak sendirian; beberapa tahun terakhir kian sering kita menjumpai kata "Yahudi" dipakai sebagai julukan negatif bagi perkembangan, pemikiran atau sikap yang dianggap membahayakan umat Islam. "Yahudi" telah menjadi simbol dari sesuatu yang tak mudah diungkapkan secara eksplisit. Yang dimaksudkan, agaknya, bukan agama Yahudi, dan bukan juga kebijaksanaan resmi pemerintah Israel atau pun kelompok Zionis ekstrim, melainkan sesuatu yang lebih abstrak dan tersembunyi.

Ada dua hal menarik berkenaan dengan munculnya Yahudi sebagai simbol dalam wacana Islam di Indonesia. Pertama, Yahudi seringkali disebut dalam konteks kekhawatiran tentang adanya konspirasi untuk menghancurkan Islam. Banyak aspek proses modernisasi, berikut sekularisasi dan rasionalisasi, pergeseran nilai-nilai tradisional, globalisasi ekonomi dan budaya, individualisme dan hedonisme dilihat sebagai hasil rekayasa, bukan proses yang berdiri sendiri. Semua perkembangan barusan diduga kuat telah direncanakan dan dilaksanakan oleh persekongkolan yang memusuhi Islam dan ingin menghancurkannya. Konspirasi rahasia tersebut diidentikkan dengan Yahudi dan Zionis; tetapi setiap orang yang dianggap berjasa demi tujuan persekongkolan tersebut, walaupun agama dan kebangsaannya berbeda, bisa saja dijuluk Yahudi.

Kedua, teori-teori konspirasi dan kecenderungan untuk mengkambinghitamkan Yahudi tentu saja tidak lahir di Indonesia melainkan berasal dari negara-negara Arab - utamanya Arab Saudi, Kuwait dan Mesir. Menyembulnya kebencian kebanyakan orang Arab saat ini kepada orang Yahudi tak bisa dilepaskan dari masalah Palestina. Keprihatinan tentang Zionisme Israel sangat wajar. Meski di sini perlu ditambahkan, kepercayaan akan adanya konspirasi Yahudi untuk menghancurkan Islam dan menguasai seluruh dunia bukan hanya reaksi terhadap eksistensi Israel saja, dan sesungguhnya juga disebabkan penyebaran antisemitisme Barat ke negara-negara Arab.

Sumber yang seringkali menjadi rujukan, yaitu Al-Maka`id Al-Yahudiyah alias Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion alias Ayat-Ayat Setan Yahudi, merupakan hasil fabrikasi beberapa orang anti-Yahudi Rusia dan kemudian dipergunakan sebagai alat propaganda oleh Nazi Jerman. Buku inilah yang pernah merupakan legitimasi utama bagi pembunuhan massal terhadap orang Yahudi oleh Nazi Jerman. Protokol-protokol konon terdiri dari notulen pemerintah rahasia Yahudi tentang strategi mereka untuk menguasai dunia, melalui kapitalisme maupun komunisme, demokrasi maupun kediktatoran, revolusi maupun liberalisasi ekonomi. Pada dasawarsa 1950-an edisi Arabnya terbit, dan belakangan beberapa kali diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Editor-editor Indonesianya tampaknya tidak menyadari bahwa buku ini bukan dokumen sejarah benar melainkan pemalsuan oleh kalangan antisemitis.


Yahudi, Freemason dan kemodernan

Antisemitisme (sikap anti-Yahudi) di Eropa memuncak pada penghujung abad ke-19 dan berkaitan erat dengan kemodernan. Antisemitisme merupakan reaksi terhadap arus perubahan sosial dan ekonomi yang begitu cepat serta berkembangnya kapitalisme modern, terhadap gerakan-gerakan liberalisme dan sosialisme, republikanisme dan sekularisme - yakni terhadap memudarnya privilese-privilese lama. Dari sinilah muara adanya keyakinan kuat bahwa semua perubahan sosial dan politik tidak disebabkan oleh dinamika perkembangan sistem ekonomi kapitalis melainkan direncanakan oleh sebuah persekongkolan orang yang ingin mendominasi seluruh dunia: Yahudi dan/atau Freemasonry (Vrijmetselarij).

Yahudi dengan mudah menjadi sasaran tudingan karena mereka tampak beruntung dengan perubahan masyarakat tersebut. Dalam masyarakat Eropa tradisional, orang Yahudi sebagai minoritas agama dikucilkan dan biasanya tidak diperbolehkan berperan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat: politik, pemilikan tanah dan banyak jenis pekerjaan dilarang bagi mereka. Runtuhnya tatanan sosial tradisional dan perkembangan ke arah masyarakat industri berarti juga berakhirnya larangan lama dan kemungkinan mobilitas sosial bagi semua orang Eropa termasuk Yahudi. Bagi golongan yang telah menghilangkan privilese lama dalam proses modernisasi ini, atau yang merindukan masyarakat tradisional, Yahudi menjadi simbol dari semua perubahan yang terjadi; sikap anti-kemodernan diungkapkan dalam bentuk antisemitisme.

Freemasonry memang merupakan organisasi rahasia, agak mirip tarekat dengan ritual dan ajaran yang tak boleh dijelaskan kepada orang luar, tetapi menegaskan nilai humanisme (kemanusiaan) ketimbang nilai religius tradisional. Didirikan di London pada 1717, Freemasonry dengan cepat tersebar di negara-negara Eropa dan telah menjadi musuh bebuyutan Gereja Katolik. Sejumlah pemikir, politisi dan seniman paling terkemuka telah masuk Freemasonry: Goethe, Kant dan Hegel di Jerman, Mozart dan Haydn di Austria, Voltaire, Rousseau dan Diderot di Perancis, George Washington dan Benjamin Franklin di Amerika. Pada abad ke-19, Freemasonry oleh kawan maupun lawannya dikaitkan dengan ide-ide Revolusi Perancis dan dengan kemodernan. Tidak terlalu mengherankan jika Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad `Abduh menjadi anggota Freemasonry sewaktu keduanya berada di Perancis. Sebagai organisasi, Freemasonry tidak mempunyai hubungan khusus dengan keyahudian. Di antara anggotanya memang dijumpai sejumlah orang Yahudi, namun mereka relatif sedikit.[2] Kebetulan saja keduanya telah menjadi simbol dari semua perubahan yang mengancam dunia tradisional.


Lahirnya gerakan Zionisme

Sebagai reaksi terhadap antisemitisme, gerakan Zionisme secara bersamaan lahir pada saat itu pula. Theodor Herzl menulis bukunya Negara Yahudi pada tahun 1896; Muktamar Zionis pertama diselenggarakan di kota Basel, Swis, pada tahun 1897. Para pendiri gerakan ini terdiri dari orang Yahudi sekuler dari Jerman dan Austria. Bagi mereka keyahudian merupakan identitas nasional, bukan identitas agama, dan Zionisme adalah nasionalisme dari suatu bangsa yang belum mempunyai negara. Cita-cita mereka, mendirikan sebuah negara nasional yang sekuler bagi orang Yahudi. Lahirnya gerakan Zionisme tidak ada sangkut pautnya dengan agama Yahudi; faktor pendorong utama adalah keberadaan Yahudi hanya sebagai golongan etnis berstatus "pariah". Namun pilihan mereka akan Palestina sebagai "rumah nasional" bagi bangsa Yahudi tentu saja mengaitkan cita-cita mereka dengan sejarah sakral Yahudi yang tercantum dalam kitab suci Taurat. Hal itu belakangan menyebabkan gerakan Zionisme semakin diwarnai simbol-simbol keagamaan.


Asal-usul "Protokol Zion"

Buku Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion disusun sekitar saat itu pula -- hanya saja tidak oleh para pemimpin gerakan Zionis seperti yang diklaim penyusunnya. Sebagian besar buku ini dicuplik begitu saja dari sebuah roman berjudul Dialog dalam Neraka antara Montesquieu dan Machiavelli, yang ditulis sekitar 1864 oleh seorang pengacara Perancis, Maurice Joly, sebagai kritik terselubung terhadap diktatur Kaisar Napoleon III. Dalam buku ini Montesquieu menyuarakan pendapat liberal dan demokratis (yang agaknya merupakan pendapat pengarang), sedangkan Machiavelli memberi alasan bernada sinis bagi sistem kekuasaan diktatorial. Secara blak-blakan ia mengusulkan sejumlah tindakan dan kebijaksanaan untuk menipu dan memanipulir rakyat. Yang diusulkannya, tidak lain, tindakan dan kebijaksanaan Kaisar Napoleon, yang tujuannya lazim berkedok di belakang perkataan manis dan indah. Buku Joly ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan "masalah Yahudi".

Penyusun Protokol mengambil alih perkataan sinis Machiavelli tersebut yang seolah-olah diusulkan sebagai kebijaksanaan oleh suatu komite rahasia tokoh Yahudi. Perkataan Montesquieu juga diambil alih agar mengesankan bahwa semua gerakan yang melawan status quo, dari liberal moderat sampai sosialis radikal, merupakan bagian dari komplotan Yahudi jahat yang ingin menghancurkan dunia Kristen. Walau sulit menentukan secara pasti siapa sesungguhnya yang menyusun naskah Protokol yang kemudian digunakan untuk edisi cetakan pertama, namun terdapat banyak petunjuk bahwa P.I. Rakhkovsky, kepala dinas rahasia Rusia di Perancis 1884-1902, telah memainkan peranan besar.[3]

Tidak sangsi lagi bahwa Protokol-Protokol ditulis di Perancis; dugaan ini diperkuat utamanya oleh adanya rujukan pada situasi dan peristiwa di Perancis dasawarsa 1890-an. (Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak mungkin ada kaitan dengan gerakan Zionisme saat itu, yang didirikan orang Yahudi berbahasa dan budaya Jerman.) Semua perubahan masyarakat - transformasi ekonomi, modernisasi, pembangunan kereta api di bawah tanah di Paris, slogan-slogan revolusi Perancis, cita-cita demokrasi, sosialisme, liberalisme digambarkan sebagai kiat Yahudi untuk menggoyangkan sistem yang mapan sehingga mereka bisa menguasainya. Menurut "editor"nya, teks yang asli konon telah dicuri dari rumah seorang pengurus Freemasonry. Demikian Freemasonry sekaligus dilibatkan dalam teori-teori konspirasi Yahudi dan ditunjukkan sebagai salah satu organisasi rahasia Yahudi.


"Protokol Zion" dan antisemitisme di Eropa

Protokol-Protokol pada awalnya diterbitkan di Rusia dan turut menyebabkan pogrom-pogrom (pembantaian massal) terhadap Yahudi. Hitler menganggap buku ini sangat berguna sebagai bahan propaganda. Meski ia sendiri barangkali percaya pada teori konspirasi Yahudi, namun ia juga sangat sadar akan manfaat buku ini dan semboyan "bahaya Yahudi" dalam usaha mencapai kesatuan orang Jerman dan para simpatisan fasis di luar negeri. Lebih dari 100.000 eksemplar dicetak di Jerman saja, dan terjemahan Inggrisnya sangat laku di Inggris dan Amerika Serikat. Barulah setelah Perang Dunia Kedua - atau lebih tepatnya, setelah berdirinya Israel dan pengusiran sebagian orang Palestina oleh kaum Zionis - buku ini mulai dikenal di dunia Arab dan cepat menjadi buku pegangan.


Antisemitisme tidak memerlukan adanya Yahudi

Propaganda anti-Yahudi Jerman juga mencapai Jepang, negara yang tidak dijumpai adanya Yahudi sama sekali. Tetapi "konspirasi Yahudi untuk menguasai dunia" oleh pihak militer Jepang pernah digunakan pula sebagai legitimasi bagi serangannya terhadap Cina Kuo Min Tang, yang mereka sebut sebagai bagian dari konspirasi Yahudi.

Di Eropa dan Amerika Serikat juga terlihat tidak adanya korelasi yang kuat antara jumlah orang Yahudi di suatu daerah dan tingginya antisemitisme. Baik di Perancis maupun di Amerika antisemitisme pernah sangat merakyat di beberapa daerah yang nyaris tidak mempunyai penduduk Yahudi. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah terbelakang. Yang dibenci orang antisemit di sana, agaknya, bukan orang-orang Yahudi tertentu melainkan budaya perkotaan dan kemodernan pada umumnya.


Antisemitisme dan Zionisme, dua sekutu

Di Eropa, antisemitisme dan Zionisme pernah saling memperkuat (dan sampai sekarang, agaknya, saling memerlukan). Terdapat kepentingan bersama: para Zionis ingin mengajak orang Yahudi dari Eropa ke negara yang ingin diciptakan, sedangkan para antisemit merencanakan "pembersihan etnis". Keberhasilan kedua gerakan politik tersebut merupakan salah satu tragedi terbesar abad ke-20.

Dengan demikian, keberadaan Israel sebagai negara Yahudi merupakan "hadiah" antisemitisme Eropa kepada Timur Tengah. Sangatlah ironis bahwa orang Arab kemudian secara tidak kritis juga mengambil alih ide-ide antisemitis dari Eropa.


Dunia Islam dan Yahudi

Keberadaan orang Yahudi di dunia Islam pada masa lalu umumnya lebih baik daripada di Eropa. Bukan berarti tidak ada diskriminasi atau kebencian terhadap mereka, tetapi sebagai ahl al-kitab mereka lazimnya dilindungi. Di Eropa mereka barulah memperoleh hak-hak bersamaan masa transisi dari masyarakat pertanian ke masyarakat perkotaan dan industri.[4] Kebebasan yang mereka peroleh menimbulkan reaksi; sikap anti-Yahudi berkaitan erat dengan dengan sikap anti-kemodernan. Antisemitisme merupakan salah satu gejala protes terhadap perubahan.

Dalam Islam, tidaklah sulit mencari pembenaran religius untuk membenci Yahudi. Dan belakangan ini kami sering menjumpai pembenaran ini seolah-olah bagian esensial dari Islam. Terdapat sejumlah ayat Qur'an yang mengutuk orang Yahudi Madinah dan sekaligus bisa ditafsirkan sebagai anjuran untuk senantiasa mencurigai dan membenci kaum Yahudi.[5] Tetapi sebenarnya ayat-ayat ini baru belakangan menjadi begitu populer. Asal-usul kebencian yang sesungguhnya, tentu, keberadaan negara Israel di tengah negara-negara Arab, dan kekuatan dahsyat tentara Israel. Ayat-ayat Qur'an tersebut memberikan legitimasi belakangan kepada kebencian yang disebabkan oleh kejadian politik. Tulisan Arab anti-Yahudi, agaknya, lebih diwarnai oleh pengaruh buku antisemit Barat seperti Protokol-Protokol ketimbang ayat-ayat Qur'an yang berkaitan dengan Yahudi. Sebagian besar buku mengenai "bahaya Yahudi" yang diterbitkan di dunia Arab merujuk kepada Protokol-Protokol dan tokoh-tokoh antisemit Barat; hanya beberapa saja yang bertolak dari analisa ayat-ayat Qur'an.


Palestina: nasionalisme atau Islam?

Kekalahan militer negara-negara Arab oleh Israel menimbulkan persepsi bahwa sosialisme dan nasionalisme telah gagal sebagai ideologi yang layak, dan mendukung munculnya "alternatif Islam" yang sejak dulu disponsori Arab Saudi. Lahirnya ideologi Islam politik akhir-akhir ini (terutama varian konservatifnya) berkaitan erat dengan faktor keberadaan Israel. Faktor lain yang berperan, tentu saja, minyak dan kenaikan harga minyak sejak 1973 (berkaitan langsung dengan perang Arab-Israel dan boikot minyak). Dengan kenaikan harga minyak, orang Arab secara berangsur kian diperhatikan Barat, dan perasaan harga diri orang Arab turut terangkat. Di sini kemudian wacana dominan tentang Israel mulai bergeser dan ditentukan oleh Arab Saudi daripada Mesir dan berubah dari wacana nasionalis (Israel lawan Arab) menjadi wacana agama (Yahudi lawan Islam).


"Protokol Zion" di Indonesia

Perbincangan bertema Yahudi, Zionisme dan Israel di kalangan Islam Indonesia cenderung dipengaruhi oleh buku Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion dan tulisan antisemitis Barat lainnya. Setelah perjanjian perdamaian antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina ditandatangani (September 1993), majalah Panji Masyarakat dan Al-Muslimun memuat laporan khusus tentang Yahudi dan Zionisme yang tidak hanya berisi opini dan analisa situasi politik saja tetapi juga menguraikan lagi tentang konspirasi Yahudi berdasarkan Protokol-Protokol sebagai "bahan bukti".[6] Tidak mudah memastikan sejak kapan buku tersebut diketahui di Indonesia. Menurut laporan di Panjimas tadi, majalah ini pernah memuat artikel panjang mengenai "Ancaman Ular Simbolik Yahudi" (salah satu tema dari Protokol-Protokol) pada tahun pertama penerbitannya, yaitu 1959.[7] Dan itu pun mungkin bukan tulisan pertama tentang konspirasi rahasia Yahudi untuk menghancurkan Islam. Namun jika dicermati pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an tulisan serupa ini belum banyak mendapat perhatian.

Adalah Prof.Dr. Ahmad Shalaby, guru besar dari Mesir yang pernah mengajar di PTAIN di Yogyakarta pada dasawarsa 1950-an, yang agaknya memiliki andil dalam memperkenalkan Protokol-Protokol di Indonesia. Bukunya Perbandingan Agama: Agama Yahudi, yang rampung ditulis di Mesir pada tahun 1965, membicarakan panjang lebar Protokol-Protokol. Setelah membahas kitab Taurat dan Talmud sebagai pustaka keagamaan Yahudi, Shalaby menyuguhkan ringkasan Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion, seolah-olah ini pula teks keagamaan Yahudi. Tidak jelas apakah Shalaby pada saat ia mengajar di Indonesia juga telah membicarakan teks tersebut; tampaknya masalah Yahudi waktu itu belum banyak menarik perhatian orang. Terjemahan Melayu buku Shalaby diterbitkan pada tahun 1977 di Singapura, dan terjemahan Indonesia baru pada tahun 1990. Buku ini sering dijadikan rujukan oleh penulis Indonesia. Dipengaruhi langsung oleh Shalaby, penulis buku teks ilmu perbandingan agama dari Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga juga meyakini bahwa "Protokol Pendeta Zionis" merupakan kitab sakral Yahudi ketiga, setelah Perjanjian Lama dan Talmud.[8]

Barulah pada dasawarsa 1980-an konspirasi Yahudi semakin sering dibicarakan di Indonesia. Pada tahun 1982, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Agama (LPPA) Muhammadiyah dan Rabithah Al-`Alam Al-Islami masing-masing menerbitkan buku mengenai Freemasonry sebagai organisasi rahasia Yahudi. Keduanya menyebut Protokol-Protokol sebagai barang bukti yang akurat tentang rencana-rencana rahasia Yahudi.[9] Buku Rabithah menyebutkan adanya keraguan tentang kebenaran Protokol namun menegaskan pula bahwa ia benar-benar merupakan dokumen asli. "Siapa yang membaca dengan teliti teks-teks yang terkandung di dalamnya akan mengetahui bahwa semua rencana yang terdapat di dalamnya telah dilaksanakan di seluruh penjuru dunia" (hal. 156). Hanya, menurut para penulis, rencana Yahudi masa kini pastilah sudah berubah lagi, dan orang harus waspada terhadap kiat baru dari "para pengusaha kejahatan itu, para terompet setan itu, para juru tenu kebinasaan itu, dan para penjaga kuil itu." Pengamatan ini mirip suatu pengakuan bahwa Protokol-Protokol ternyata tidak relevan untuk memahami Zionisme modern. Tetapi teori konspirasi tetap dipertahankan, dan pada tahun-tahun berikut di Indonesia terbit sejumlah terjemahan atau adaptasi Protokol-Protokol:

a. (Versi ringkas dalam:) Dr. Darouza, Mengungkap tentang Yahudi: Watak, Jejak, Pijak dari Kasus-Kasus Lama Bani Israel. Surabaya: Pustaka Progressif, 1982. (terbitan asli: Damascus 1970).

b. (Dikomentari panjang lebar dalam:) Dr. Majid Kailany, Bahaya Zionisme terhadap Dunia Islam. Solo: Pustaka Mantiq, 1988. (terbitan asli: Jeddah, 1984).

c. Skenario Rahasia untuk Menguasai Dunia. Bandung: Hizbul Haq Press, tanpa tahun (1989?). (dengan kata pengantar yang tampaknya ditulis di Pakistan).

d. Ayat-Ayat Setan Yahudi. Dokumen Rahasia Yahudi Menaklukkan Dunia dan Menghancurkan Agama. Jakarta: PT Pustakakarya Grafikatama, 1990. (dengan kata pengantar oleh "Social Reform Society", Kuwait).

Dalam kata pengantar sejumlah edisi ini tidak ditemui isyarat bahwa teks ini hanya berupa sebuah pemalsuan kasar saja. Penulis kata pengantar dua yang terakhir malahan mengklaim - dengan mengabaikan kenyataan - bahwa buku ini sulit didapatkan dan di mana-mana dilarang (gara-gara konspirasi Yahudi, tentu saja). Agaknya, mereka lupa menyebutkan bahwa bukunya pernah dicetak dalam oplag ratusan ribu dan disebarkan ke mana-mana oleh rezim Nazi Jerman, dan di negara-negara Arab sendiri terjemahan Protokol-Protokol dengan mudah diperoleh di mana saja.


Daya tarik teori konspirasi

Teori-teori konspirasi mempunyai daya tarik kuat karena merupakan penjelasan yang mudah difahami dan sekaligus menunjukkan kambing hitam. Teori konspirasi meletakkan tanggungjawab atas segala hal yang tidak disenangi pada orang lain. Penganut teori ini tidak perlu mengungkapkan kekurangan, kelemahan dan kesalahannya sendiri, tidak pula mesti mengkritik diri sendiri karena semua hal dianggap kejahatan pihak lawan. Teori-teori semacam ini menutup kemungkinan orang mencermati sebab-sebab yang sebenarnya, sehingga tidak mudah atau malahan mustahil mengubah secara rasional keadaan yang tidak disenangi.

Teori konspirasi yang disebarkan oleh penyusun Protokol-Protokol menawarkan penjelasan semua peristiwa politik dan ekonomi yang telah terjadi selama satu abad: berkembangnya kapitalisme maupun gerakan-gerakan komunis, revolusi maupun kontrarevolusi, modernisasi dan rasionalisasi sistem ekonomi, gerakan pembebasan dan emansipasi, liberalisme dan sekularisasi. Ini semua dianggap buah dari rekayasa komplotan Zionis yang maha hebat. "Hampir setiap peristiwa besar di dunia berjalan mengikuti tuntutan The Elders of Zion ini. Peperangan, kemerosotan, revolusi, naiknya biaya hidup, dan keresahan berlarut-larut, wujud nyata mengangkangi dunia melalui pintu belakang."[10] Menurut pandangan demikian, orang lain tidak berdaya dan tidak mampu memberi sumbangan terhadap alur sejarah; hanya Yahudi sajalah yang menentukannya.

Teori konspirasi ini sangat berbeda dengan analisa yang mendalam tentang kekuatan dan strategi nyata Zionisme. Negara Israel, organisasi Zionis di luar Israel dan para simpatisan Zionisme melakukan berbagai hal, secara terbuka maupun terselubung, untuk mempengaruhi pendapat umum dan kebijaksanaan negara-negara lain. Lobi-lobi Yahudi di Amerika dan Eropa memang sangat canggih dan berhasil; tetapi kalau aktivitas-aktivitasnya ditelaah secara cermat gambaran yang diperoleh sangat berbeda dengan Protokol-Protokol.[11]


Yahudi sebagai simbol perubahan yang mengancam

Umat Islam Indonesia, sebagai umat Islam negara-negara lain, menjunjung tinggi solidaritas dengan bangsa Palestina. Republik Indonesia tidak mengakui negara Israel, dan seluruh umat Islam Indonesia menganggap berdirinya Israel, apalagi pendudukan Gaza dan Tepi Barat dan pembangunan pemukiman Yahudi di sana, sebagai ketidakadilan yang tidak dapat dibenarkan.

Tetapi belakangan terdengar banyak ungkapan anti-Yahudi yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah Israel-Palestina. Yahudi dan kelicikan serta tipu dayanya dikritik, tetapi sasaran kritik ini sesungguhnya bukan orang Yahudi melainkan orang atau situasi di Indonesia sendiri. Rupa-rupa hal di Indonesia yang tidak disenangi (misalnya perkembangan pemikiran Islam liberal, atau konsep Hak Asasi Manusia) dikaitkan dengan konspirasi Yahudi.

Yahudi memang sejak dulu juga dikaitkan dengan golongan atau gerakan lain yang oleh pihak tertentu dianggap membahayakan status quo:

- Faham Syiah, menurut sebagian penulis Sunni, konon berasal dari seorang bekas Yahudi bernama Abdullah bin Saba', yang pura-pura masuk Islam. Ia konon orang pertama yang mengistimewakan Ali bin Abi Thalib dan memulai kultus terhadap Ali dan keturunannya. Alasannya, konon untuk menghancurkan Islam dari dalam. Cerita ini sebagai "penjelasan" lahirnya Syi'ah sudah sangat lama, tetapi oleh kalangan ahli sejarah kebanyakan ditolak. Di Indonesia sendir, hikayat Abdullah bin Saba' disebarkan lagi setelah revolusi Iran, oleh kalangan yang paling dekat ke Arab Saudi (yaitu tokoh-tokoh Dewan Dakwah).[12] Latar belakang politik isu ini tidak dapat diabaikan.

- Freemasonry (Vrijmetselarij) memang suatu gerakan rahasia dan internasional, tetapi di tiap negara mempunyai corak tersendiri. Kasus yang pernah menghebohkan adalah skandal politik dan korupsi menyangkut sebuah cabang Freemasonry di Italia yang anggotanya terdiri dari pengusaha besar, politisi, jaksa dan hakim, militer dan mafia. Di negara lain tidak pernah ada skandal demikian. Anggota Freemasonry pada umumnya terdiri dari orang elit dan berpikiran bebas. Orang Yahudi tidak memainkan peranan menonjol dalam Freemasonry.

- Rotary Club, Lions Club dan sebagainya. Perkumpulan orang elit bercorak khas Amerika. Pada dasarnya sebuah cabang lokal terdiri dari orang yang mewakili semua profesi (seorang dokter, seorang notaris, seorang guru sekolah, seorang pedagang, dan seterusnya), dan tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Dapat difahami sekiranya salah satu fungsi utama perkumpulan semacam ini bagi anggotanya adalah menyediakan jaringan "koneksi". (Freemasonry, tentu saja, mempunyai fungsi yang sama). Menurut sebagian penganjur teori tentang konspirasi Yahudi, perkumpulan tersebut mempunyai tujuan rahasia dan merupakan bagian dari persekongkolan Yahudi itu.[13] Di Indonesia sebagian besar anggota perkumpulan tersebut, agaknya, terdiri dari orang Cina.

- Marxisme dan sosialisme-sosialisme lainnya. Karl Marx memang seorang Yahudi (walaupun tak beragama Yahudi), dan sejumlah nama besar di partai-partai kiri dan gerakan buruh Eropa juga Yahudi. Tujuan marxisme sebetulnya bertolak belakang dengan Zionisme, tetapi hal ini diabaikan oleh penganjur teori konspirasi. Baik kapitalisme maupun anti-kapitalisme diyakini merupakan bagian dari konspirasi Yahudi-Zionis yang sama. Dan bukan itu saja; semua pemikiran dan ideologi modern dicurigai, termasuk liberalisme.[14] Hal ini mungkin menunjukkan kepentingan apa, atau kekhawatiran golongan sosial mana, yang ada di balik teori konspirasi Yahudi itu. Seperti halnya di Eropa pada abad yang lalu, tampaknya Yahudi diidentikkan dengan segala aspek proses transformasi masyarakat tradisional, berkembangnya kapitalisme dan individualisme, sekularisasi dan humanisme dan munculnya konflik sosial-ekonomi.


"Yahudi"nya Indonesia

Rasanya tidak terlalu mengejutkan kalau kita menyaksikan di Indonesia belakangan ini pemikir-pemikir Islam berwawasan kosmopolit sudah mulai dijuluk "Yahudi" dan "Zionis" pula. Gerakan pembaharuan Islam yang mengkritik faham-faham mapan, menawarkan pola penafsiran baru dan menganjurkan sikap toleran terhadap sesama Muslim maupun penganut agama lain, tentu saja dicurigai oleh golongan yang berpegang kuat kepada faham mapan. Sepanjang sejarah, para pembaharu sering dituduh ingin menghancurkan agama (sedangkan mereka sendiri mengaku ingin mengembalikan esensi agama kepada kedudukan yang sentral). Dengan semakin populernya teori tentang konspirasi Yahudi, dan mengikuti logika bahwa setiap hal yang mengancam Islam atau kemapanan apa pun adalah ulah Yahudi-Zionis, dengan sendirinya gerakan pembaharuan Islam mudah dituding sebagai bagian dari konspirasi Yahudi.

Setidaknya terdapat dua dimensi pada penjulukan "Yahudi" terhadap sementara pemikir Islam yang liberal. Yang pertama menyangkut pemikiran mereka, yang dituduh dipengaruhi oleh orientalisme (dan orientalisme, tentu saja, dianggap sebagai salah satu senjata Yahudi dalam usahanya untuk menghancurkan Islam). Yang kedua, dan ini yang pada hemat saya lebih penting, menyangkut kosmopolitanisme dan kemodernan mereka serta golongan sosial yang merupakan pendukung utama mereka. Sindiran dengan mencap "Yahudi" dan "Zionis" pernah dilontarkan dalam polemik melawan Nurcholish Madjid dengan Paramadinanya dan kemudian pula melawan LSAF dan majalah Ulumul Qur'an (pernah dijuluk Ulumul Talmud oleh pihak penentang). Yang dimaksud, agaknya, bukan saja keterbukaan, toleransi dan sikap berdamai mereka terhadap agama Kristen dan Yahudi, melainkan sesuatu yang lebih mendasar.

Baik Paramadina maupun LSAF mewakili trend baru dalam umat Islam, berkaitan erat dengan munculnya kelas menengah Islam yang sedang naik daun (dalam ekonomi maupun politik) dan yang mencari gaya Islam yang modern, bergengsi, "canggih" dan "trendy". Kelas baru ini, lebih terpelajar, kosmopolit dan percaya pada diri daripada generasi-generasi sebelumnya. Berikut mereka ini bergaya hidup modern dan individualis serta mungkin pula kurang peduli terhadap kesenjangan sosial yang ada. Bukankah mereka ini yang merupakan sasaran sebenarnya dari julukan "Yahudi"? Dalam polemik berkelanjutan antara penulis muda serial Media Dakwah dengan majalah Ulumul Qur'an, saya (kalau tidak sangat keliru) mencerna juga adanya pertentangan "orang kampungan" lawan "orang gedongan", yang masing-masing mempunya gaya menghayati Islam sendiri.

Di negara Pancasila, pertentangan "antar-golongan" tidak bisa diungkapkan secara terang-terangan, dan itu yang membuat kata "Yahudi" begitu berguna bagi orang tertentu. Indonesia tidak punya hubungan dengan Israel, dan agama Yahudi tidak termasuk lima agama yang resmi diakui. Oleh karena itu, mengutuk Yahudi tidak mengandung risiko tuduhan SARA, berbeda dengan kutukan terhadap pengusaha Cina, pejabat Katolik atau Orang Kaya Baru (bangsa Pondok Indah). Secara demikian teori konspirasi Zionis - Yahudi - Freemasonry - Rotary Club, yang diimpor dalam bentuk siap pakai, terbukti mempunyai fungsi serbaguna di Indonesia. Bukan saja semua perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi dalam masyarakat dapat "dijelaskan" dalam kerangka teori ini, melainkan golongan yang tidak disegani pun dapat dengan mudah dituding pula sebagai bagian dari konspirasi yang sama.

Wacana tentang Yahudi dan konspirasi untuk menguasai dunia, dengan Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion sebagai sumber utama, berasal dari Eropa dan masih mencerminkan pertentangan sosial di Eropa pada masa laju modernisasi berlangsung begitu cepat. Wacana tersebut sampai ke Indonesia melalui Timur Tengah (terutama Arab Saudi) setelah menjadi bagian dari pandangan dunia Islam yang dipropagandakan Rabithah Al-`Alam Al-Islami. Di Indonesia, wacana ini telah mendapat fungsi baru dan diterapkan untuk membicarakan pertentangan yang sesungguhnya kasatmata namun tidak bisa dibicarakan secara terbuka. Wacana ini tidak membantu untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita, tetapi mungkin saja lebih memuaskan sebagai penjelasan dan pembenaran kegagalan orang daripada sebuah analisa yang sungguh-sungguh. Dan sejarah Eropa abad terakhir ini menunjukkan betapa berbahaya wacana ini.

* Catatan untuk ceramah yang disampaikan di DIAN (Institut Dialog Antar-Iman di Indonesia), Yogyakarta pada 9 Oktober 1993 dan kepada Jamaah Masjid Shalahuddin, Yogyakarta pada 17 Oktober 1993.

[1] Syamsuddin Haris, "Laporan Penelitian Pandangan Sikap Hidup Ulama di Nusa Tenggara Barat", LIPI, 1986.

[2] Pengaruh Freemasonry terhadap gerakan revolusioner Jeunes Turcs ("Orang Turki Muda"), yang pada tahun 1908 menggulingkan pemerintahan otoriter Sultan Abdulhamid II, merupakan kasus yang sering disoroti. Gerakan ini terdiri dari perwira muda dan cendekiawan yang dipengaruhi pemikiran revolusi Perancis, dan sebagian termasuk anggota Freemasonry. Basis utamanya adalah kota Selanik (Thessaloniki, sekarang di Yunani), kota Usmani yang paling modern, dengan penduduk Yahudi yang cukup banyak. Di antara Jeunes Turcs dijumpai beberapa orang Yahudi, walaupun mereka bukan pemimpin teras. Di Indonesia Freemasonry pernah mempunyai pengaruh cukup besar terhadap organisasi nasional pertama, Budi Oetomo; di antara pengurus B.O. dijumpai sejumlah anggota Freemasonry (termasuk Ketua pertama, R.A. Tirtokoesoemo).

[3] Kajian paling mendalam tentang latar belakang Protokol-Protokol adalah: Norman Cohn, Warrant for Genocide: The Myth of the Jewish World-Conspiracy and the Protocols of the Elders of Zion (edisi pertama 1967; edisi ketiga, Chico, CA: Scholars Press, 1981). Cohn menduga bahwa salah seorang sasaran utama pemalsuan ini adalah Menteri Ekonomi Rusia yang memberlakukan reformasi ekonomi pada waktu itu, Witte.

[4] Tentu saja pernah terjadi sejumlah kekecualian; di beberapa kota dan wilayah di Eropa orang Yahudi sejak lama dapat hidup tanpa diganggu orang lain.

[5] Misalnya, dalam Syaikh Musthafa Al Maraghi, 76 Karakter Yahudi dalam Alqur'an. Penyusun: M. Thalib. Solo: Pustaka Mantiq, 1989.

[6]Panji Masyarakat, 1-10 Nopember 1993 (bertema "Dililit Zionisme?"), Al-Muslimun, Desember 1993 (bertema "Makar Yahudi").

[7] Itu agaknya merupakan kekeliruan; saya pernah mencari artikel tersebut dalam bundel tahun pertama Pandji Masjarakat di perpustakaan KITLV di Leiden tetapi tidak menemukannya. Dari tulisan senada yang saya temukan, yang paling lama diterbitkan di majalah ilmiah IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1967: "Ular Zionisme dan P.B.B." (tanpa nama penulis), Al-Djami`ah, jilid VI, nomor 5-6, hal. 74-88. Artikel itu dicuplik dari Siaran JAPI, no. 5/67.

[8] Burhanuddin Daya, Agama Yahudi. Yogyakarta: PT. Bagus Arafah, 1982.

[9] Muhammad Safwat as-Saqa Amini & Sa'di Abu Habib, Gerakan Freemasonry. Makkah al-Mukarramah: Rabitah Alam Islami, 1982, hal. 154-6; LPPA-Muhammadiyah, Sorotan Terhadap Free Masonry (Organisasi Rahasia Yahudi). Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982, hal. 88-90.

[10] Kata pengantar pada Ayat-Ayat Setan Yahudi, hal. 15.

[11] Lihat *Paul S. Findley, Mereka Berani Bicara. Bandung, Mizan, 1990.*

[12] Lihat buku propaganda anti-Syiah karangan Ikhsan Ilahi Zhahiri, Syiah dan Sunnah (terjemahan Bey Arifin. Surabaya: Bina Ilmu, 1984, hal. 29-44) dan respons pro-Syiah dalam M. Hashem, 'Abdullah Bin Saba' Benih Fitnah (Bandar Lampung: YAPI, 1987).

[13] Menurut seorang penulis Mesir, Muhammad Fahim Amin, "Tujuan-tujuan Rotary yang dirahasiakan dan yang hakiki ialah untuk merealisir rencana Freemasonry dan Zionisme Internasional, dengan sasaran pokok menghancurkan berbagai bangsa, meruntuhkan negara-negara Goyim (non-Yahudi), mengibarkan bendera Israel dan mendirikan negara Zionis Internasional." (Rahasia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club. Jakarta: Al Kautsar, 1992, hal. 150-1). Penulis tampaknya tidak merasa perlu membuktikan tuduhan ini dan tidak mengajukan satu fakta atau dokumen pun.

[14] Demikian, misalnya, editor anonim Ayat-Ayat Setan Yahudi menulis dalam Pendahuluannya (hal. 17-18): "Berbagai istilah seperti liberalisme, egalitas, fraternitas, libertas, sosialisme, komunisme, dan lain-lain, disuapkan kepada pribadi bangsa yang menjadi sasaran mereka lengkap dengan analisa ilmiahnya. Jika telah tertelan oleh seseorang, jadilah ia corong dan terompet untuk wawasan semu, yang cuma mengacaukan sistem yang ada dan pada tingkat selanjutnya: penguasaan bangsa tersebut di bawah telapak kaki mereka!"